ACARA VI
UJI PROFIL SENSORIS
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Biskuit crackers adalah produk makanan kering yang dibuat
dengan cara memanggang adonan yang mengandung bahan dasar tepung terigu, lemak dan
bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan lain yang diizinkan. Uji deskripsi merupakan uji yang
digunakan untuk menentukan sifat dan intensitas perbedaan tersebut. Uji deskriptif
merupakan uji yang membutuhkan keahlian khusus dalam penilaiannya. Kelompok uji ini
membutuhkan panelis yang terlatih atau berpengalaman karena dalam uji ini panelis harus dapat
menjelaskan perbedaan antara produk-produk yang diuji. Uji ini didesain untuk mengidentifikasi dan
mengukur sifat-sifat sensori.
Dalam kelompok pengujian ini dimasukkan rating atribut atau
parameter mutu dimana suatu atribut mutu dikategorikan dengan suatu skala atau dapat juga
berupa “besarnya” suatu atribut mutu diperkirakan berdasarkan salah satu sampel dengan
menggunakan metode skala rasio. Uji deskripsi ini digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik sensori yang penting pada suatu produk dan memberikan informasi mengenai
derajat atau intensitas karakteristik tersebut. Penerimaan dan kesukaan atau
preferensi konsumen, serta hubungan antara pengukuran sensori dan kimia atau
fisik dapat juga diperoleh dengan uji sensori ini (Anonim, 2006).
Pada prinsipnya terdapat 3 jenis uji sensori organoleptik,
yaitu uji pembedaan (discriminative test), uji deskripsi (descriptive test) dan
uji afektif (affective test). Pada praktikum kali ini dilakukan uji deskripsi dengan menguji
produk berupa biskuit yang umum di pasaran, yaitu crackers. Uji deskripsi merupakan penilaian sensorik berdasarkan sifat-sifat
sensori yang lebih kompleks, meliputi berbagai jenis sifat sensori yang
menggambarkan keseluruhan sifat komoditi tersebut. Uji ini biasa dilakukan di industri
pangan untuk menilai tingkat pengembangan kualitas produk, memepertahankan dan
menyeragamkan mutu, sebagai alat diagnosis dan dapat berfungsi sebagai
pengukuran pengawasan mutu. Oleh karena itu, dengan melihat fungsi-fungsi uji deskripsi inilah maka diadakan
pengujian ini.
Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari
uji deskriptif pada berbagai makanan.
TINJAUAN PUSTAKA
Uji Qualitatif Descriptive Analysis digunakan untuk menilai
karakteristik atribut mutu sensori dalam bentuk angka-angka
kuantitatif. Dalam
industri uji QDA ini bermanfaat antara lain untuk menilai mutu produk baru
terhadap produk lama, terhadap mutu produk saingan, menilai pengaruh
penanganan terhadap suatu produk atau terhadap beberapa perubahan dalam pengolahan, untuk
mendapatkan mutu produk yang seragam dari waktu ke waktu, dari pengolahan ke
pengolahan, analisa deskripsi dapat menolong penyelidikan penyebab perubahan atau ketidakseragaman dapat segera
diketahui dan tindakan perbaikan dapat segera dilakukan, untuk dilakukannya diagnosis penyebab kemunduran,
apakah karena mutu produk menurun atau sebab lainnya saat pasar suatu
produk mundur, untuk mengetahui mutu hasil pengolahan dan menentukan
apakah mutu produk mengalami penyimpangan dari waktu ke waktu (Pramudito, 2010).
Prosedur Qualitatif Descriptive Analysis (QDA) meliputi Seleksi dan training
panelis, mengembangkan istilah, uji sensori dan analisis data serta
interpretasi hasil. Seleksi dimulai dengan menyeleksi calon panelis yang besar, misalnya 100
orang atau lebih. Calon panelis dapat diambil dari karyawan administrasi, pengolahan atau R
& D. Kepada calon panelis dilakukan uji kemampuan dalam membedakan sifat sensori, misalnya
dengan menggunakan uji segitiga. Dari calon panelis dapat dipilih 6 sampai 9 orang
panelis untuk QDA. Kepada panelis terpilih kemudian dilakukan latihan dengan diberi
briefing atau instruksi mengenai konsep, tujuan dan pendekatan untuk QDA kemudian diberi
latihan dengan menguji produk dimana mereka dapat menggunakan persepsi mereka
terhadap atribut mutu. Latihan dapat dilakuakan selama satu jam setiap hari atau 2 jam dua
kali seminggu sehingga panelis siap mengembangkan deskripsi produk (Kusnandar, 2010).
Biskuit crackers adalah produk makanan kering yang dibuat
dengan cara memanggang adonan yang mengandung bahan dasar tepung terigu, lemak dan
bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan lain yang diizinkan. Biskuit crackers merupakan makanan kecil
ringan yang sudah memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat dibuktikan dengan tersedianya
biskuit crackers di hampir semua toko yang menjual makanan
kecil di perkotaan maupun hingga warung-warung di pelosok desa. Gambaran tersebut
diatas menandakan bahwa hampir semua lapisan masyarakat sudah terbiasa menikmati biskuit crackers.
Biskuit crackers dibuat dengan bahan dasar tepung terigu jenis hard dengan
kandungan protein 11,13% (Driyani, 2007).
Pengujian
fisik dapat dilakukan secara obyektif dan subyektif. Pengujian fisik secara
subyektif dilakukan melalui uji sensori dengan menggunakan alat indera dari beberapa
panelis terlatih maupun semi terlatih. Dalam penelitian ini dipelajari sifat
sensori, mutu kimiawi serta edible portion beberapa jenis ikan patin
yang dibudidayakan di Indonesia. Metode uji pembedaan menyeluruh menggunakan uji
segitiga (Triangle Test) dilakukan terhadap contoh filet daging dalam
kondisi segar untuk mengetahui perbedaan di antara beberapa contoh secara keseluruhan.
Metode uji pembedaan atribut untuk mengetahui perbedaan di antara contoh filet
daging secara spesifik dilakukan melalui pengamatan terhadap beberapa atribut
sensori dalam kondisi segar dan matang (kukus). Pengamatan spesifik yang dilakukan
terhadap atribut sensori dalam kondisi segar adalah warna, bau, dan tekstur,
sedangkan pengamatan atribut sensori dalam kondisi matang (dikukus selama 15
menit) adalah warna, bau, tekstur dan rasa. Metode uji kesukaan menggunakan
skala hedonik 1–7 untuk mengetahui seberapa besar kesukaan panelis terhadap
beberapa contoh filet patin dilakukan dalam kondisi segar dan matang (kukus). Hasil
uji sensori kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik dengan program
SPSS terhadap atribut sensori yang dinilai (Suryaningrum, 2010).
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 04
Juni 2016
di Laboratorium Pengendalian
Mutu Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat
dan Bahan Praktikum
a.
Alat-alat praktikum
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini meliputi piring, gelas dan alat tulis,
kertas label dan nampan.
b. Bahan-bahan
praktikum
Adapun
bahan-bahan yang digunakan adalah biscuit crackers yang telah disimpan pada
suhu ruang terbuka, suhu ruang tertutup dan suhu beku tertutup, serta air
mineral.
Disiapkan alat dan bahan
|

Diberi label pada piring sampel dengan
tiga digit angka acak
|

Disajikan sampel secara berurutan
|

Dicatat
hasil pengamatan
|

Ditulis hasil pengujian dan
dianalisis
|

Dibuat
diagram sarang laba-laba
|
HASIL PENGAMATAN
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Uji Profil
Sensoris
No
|
Panelis
|
Kode Sampel
|
||
634
|
521
|
982
|
||
1
|
Nifo
|
5
|
1.2
|
4.5
|
2
|
Rizki
|
5
|
1
|
2.5
|
3
|
Suandrika
|
5
|
1
|
4
|
4
|
Mita
|
5
|
1
|
2
|
5
|
Ria
|
5
|
1
|
4
|
Total
|
25
|
5.2
|
17
|
|
Rerata
|
5
|
1.04
|
3.4
|
Grafik 6.1 Diagram Sarang Laba-laba Uji
Profil Sensoris

Keterangan Kode : 1
= sangat renyah
2
= renyah
3 = agak renyah
4
= tidak renyah
5
= sangat tidak renyah
PEMBAHASAN
Uji deskripsi yaitu uji yang digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik sensori yang penting pada suatu produk dan memberikan informasi
mengenai derajat atau intensitas karakteristik tersebut. Uji ini dapat membantu mengidentifikasi variabel
bahan tambahan (ingredien) atau proses yang berkaitan dengan karakteristik sensori tertentu dari
produk. Informasi ini dapat digunakan untuk pengembangan produk baru, memperbaiki produk atau proses
dan berguna juga untuk pengendalian mutu rutin. Uji deskriptif terdiri atas Uji Scoring atau
Scaling, Flavor Profile & Texture Profile Test dan Qualitative Descriptive Analysis (QDA). Uji skoring dan
scaling dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan desnripsi
tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem skoring, angka digunakan untuk menilai intensitas
produk dengan susunan meningkat atau menurun. Pada Uji flavor atau texture Profile, dilakukan untuk
menguraikan karakteristik aroma dan flavor produk makanan, menguraikan karakteristik tekstur
makanan. Uji ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan secara komplit suatu produk makanan, melihat
perbedaan contoh diantara group, melakukan identifikasi khusus misalnya off-flavor dan
memperlihatkan perubahan intensitas dan kualitas tertentu (Hui,
2006).
Uji deskripsi digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang utuh tentang karakteristik suatu produk. Oleh sebab
itu, pada uji ini banyak sifat yang sensorik yang dinilai dan dianalisis secara
keseluruhan. Sifat-sifat sensorik yang dipilih adalah terutama yang paling
relevan terhadap mutu atau yang paling peka terhadap perubahan mutu suatu
komoditi. Sifat-sifat sensorik mutu ini disebut atribut mutu. Misalnya
keketalan , kerenyahan , kelembutan , tekstur , warna, bau dan lain-lain. Kekurangan
atau kelemahan dari uji deskripsi di antaranya adalah membutuhkan panelis yang
memiliki konsentrasi tinggi dan juga kepekaannya. Biasanya sudut antara dua
garis radial sama dengan ditetapkan dengan cara membagi sudut keliling dengan
jumlah atribut mutu. Setiap jenis makanan yangdiujikan ini mempunyai beberapa
karakteristik yang dapat diuji secara organoleptik dengan menggunakan indra
pencicip, pencium, pendengaran, perabaan dan penglihatan. Dimana sifat-sifat
indrawi tersebut sagat spesifik untuk setiap jenis produk yang diujikan ini. Karakteristik
makanan padat dan karakteristik makanan cair mempunyai persamaan yaitu pada
penciuman (pembauan) dan Pencicipan.Karena yang diujikan sama saja walapun bentuk fisiknya berbeda.
Dari grafik uji
profil sensoris
tersebut dapat dilihat bahwa sampel zat yang mendekati titik pusat artinya
titik kerenyahannya tinggi atau sangat renyah. Sedangkan apabila sampel zat
menjauhi titik pusat menyatakan bahwa atribut mutunya tidak tinggi dalam
praktikum ini menyatakan bahwa tingkat kerenyahannya kurang. Pada praktikum ini
diketahui bahwa sampel 521 paling mendekati titik pusat, yang menandakan bahwa
sampel tersebut paling renyah. Selanjutnya diikuti oleh sampel 982 yang disimpan pada
suhu beku tertutup, dan yang terakhir sampel nomer 634 yang berada menjauhi
titik pusat, sampel ini memiliki atribut mutu tekstur yang tidak renyah
dibandingkan dengan kedua sampel sebelumnya.
Analisa sensori uji
deskriptif memiliki banyak manfaat. Manfaat dari dilakukannya uji deskriptif
ini antara lain untuk menilai mutu produk baru terhadap produk lama, terhadap
mutu produk saingan, menilai
pengaruh penanganan terhadap suatu produk atau terhadap beberapa perubahan
dalam pengolahan. Untuk mendapatkan mutu produk yang seragam dari waktu-kewaktu pengolahan ke pengolahan, analisa deskripsi dapat menolong penyelidikanpenyebab perubahan atau ketidak seragaman dapat segera diketahui dantindakan
perbaikan dapat segera dilakukan. Jika pasar suatu produk mundur, maka dapat dilakukan diagnosis
penyebabkemunduran, apakah karena mutu produk menurun atau sebab lainnya. Dengan analisis ini
dapat pula diketahui mutu hasil pengolahan dan menentukan apakah mutu produk
mengalami penyimpangan dari waktu ke waktu.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan uji organoleptik
adalah antara lain tingkat kenaikan rasa,
kesan, konsentrasi, atau rangsangan telah terpikirkan dan atau dengan penalaran
praktikan sebagai panelis sehingga tingkat nilai hasil pengujian terlihat
sangat bagus, panelis melakukan uji ambang rasa dengan teknik yang benar
misalnya untuk rasa manis menggunakan ujung lidah, rasa asin pada tengah dan
pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah, dan rasa pahit pada bagian
belakang lidah, bisa juga karena panelis memiliki kepekaan terhadap rasa yang
baik. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan uji ambang rangsangan
yaitu panelis yang melakukan uji sedang tidak dalam kondisi prima, panelis
belum makan sesuatu apapun untuk sarapan, panelis tidak melakukan respon yang
spontan terhadap kesan yang didapat sehingga perlu berulang kali mencoba, bisa
juga karena panelis belum terbiasa atau berpengalaman sehingga kurang dapat
membedakan kesan dari alat indera terhadap reaksi atau rangsangan yang diterima.
KESIMPULAN
Dari hasil hasil pengamatan, perhitungan dan
pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Uji deskripsi yaitu uji yang digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik sensori yang penting pada suatu produk dan memberikan informasi
mengenai derajat atau intensitas karakteristik tersebut.
2.
Uji deskripsi digunakan untuk mendapatkan gambaran
yang utuh tentang karakteristik suatu produk. Oleh sebab itu, pada uji ini
banyak sifat yang sensorik yang dinilai dan dianalisis secara keseluruhan.
3.
Hasil Pengamatan
pada praktikum ini yaitu
sampel 521 paling mendekati titik pusat, yang menandakan bahwa sampel tersebut
paling renyah. Selanjutnya diikuti oleh sampel 982 yang disimpan pada suhu beku
tertutup, dan yang terakhir sampel nomer 634 yang berada menjauhi titik pusat
4.
Manfaat dari dilakukannya uji deskriptif ini
antara lain untuk menilai mutu produk baru terhadap produk lama, terhadap mutu produk saingan, menilai pengaruh penanganan terhadap
suatu produk atau terhadap beberapa
perubahan dalam pengolahan.
5.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan uji ambang rangsang yaitu tingkat
kenaikan rasa, kesan, konsentrasi, atau rangsangan telah terpikirkan dan atau
dengan penalaran praktikan sebagai panelis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pengujian Organoleptik dalam Industri Pangan. E-bookpangan.
(Diakses
tanggal 06 Juni 2016).
2016)
Hui, YH. 2006. Handbook Of Food Science, Technology, And Engineering. Boca
Raton: CRC Press.
Kusnandar, F. 2010. Pelatihan Evaluasi Sensori. Http://itp.fateta.ipb.ac.id/id (Diakses 06 Juni 2016).
Pramudito, TE. 2010. Handout
Laboratorium Teknologi Pangan. Bogor : IPB
Soekarto, S. T., 1981. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian.Bogor : IPB-Press.
Suryaningrum, D. T., dkk. 2010. Profil
Sensori Dan Nilai Gizi Beberapa Jenis Ikan Patin Dan Hibrid Nasutus. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan
dan Perikanan Vol. 5(2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar