ACARA V
UJI
SANITASI MAKANAN JAJANAN SEKITAR KAMPUS
PENDAHULUAN
Latar belakang
Makanan jajanan
merupakan makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang
kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung
dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Makanan
jajanan juga dikenal sebagai street food
adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di
pasar, tempat pemukiman serta tempat yang sejenisnya. Makanan jajanan dapat
dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pertama makanan utama atau “main dish”
contohnya nasi rames, nasi rawon, nasi pecel, dan sebagainya. Yang kedua
panganan atau snack contohnya kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan
sebagainya. Yang ketiga adalah golongan minuman contohnya es teler, es buah,
teh, kopi, dawet, dan sebagainya; dan yang keempat adalah buah-Buahan contohnya
mangga, jambu air, dan sebagainya (Mudjajanto, 2005).
Kualitas dari produk
pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada bahan makanan diantaranya adalah bakteri
dan kapang. Semua bakteri yang tumbuh pada makanan bersifat heterotropik, yaitu
,membutuhkan zat organik untuk pertumbuhannya. Dengan adanya keberadaan
mikroorganisme di sekitar kita, maka mikroorganisme itu juga dapat
menguntungkan tetapi dapat juga merugikan, karena apa kita tahu bahwa mikrobia
dapat membuat makanan kita menjadi busuk, rusak, tengik. Makanan itu dapat
terkontaminasi oleh mikrobia karena dalam makanan mengandung banyak sekali
nutrien, yang mana kita tahu bahwa suatu mikrobia dapat hidup dan berkembang
bila terdapat nutrient. Maka itu tidak heran bila makanan dapat mengalami
pembusukan, karena makanan merupakan media yang bagus untuk dapat tumbuh suatu
mikroorganisme.
Berbagai
macam uji mikrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan. Meliputi uji
kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif
bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan. Selain itu, uji indikator
untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan
terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung berbagai faktor, seperti jenis
dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan serta komsumsinya,
kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya. Salah satu metode yang digunakan
yaitu Metode MPN yang biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba. Oleh
karena itu penting dilakukan praktikum ini guna mengetahui mikroba yang ada
pada makanan jajanan.
Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan
dari praktikum ini adalah untuk menegetahui tingkat sanitasi dan jumlah
mikroorganisme yang terdapat pada makanan jajanan di sekitar kampus.
TINJAUAN
PUSTAKA
Makanan merupakan
kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Makanan yang dibutuhkan
harus memenuhi syarat kesehatan dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal
seperti vitamin, mineral, hidrat arang, lemak dan lainnya. Makanan yang
dikonsumsi beragam jenisnya dengan berbagai cara pengolahannya. Makanan
–makanan tersebut sangat mungkin sekali menjadi penyebab terjadinya gangguan
dalam tubuh kita sehingga kita jatuh sakit. Salah satu cara untuk memelihara
kesehatan adalah dengan mengkonsumsi makanan yang aman, yaitu dengan memastikan
bahwa makanan tersebut dalam keadaan bersih dan terhindar dari penyakit. Banyak
sekali hal yang dapat menyebabkan suatu makanan menjadi tidak aman, salah satu
diantaranya dikarenakan terkontaminasi (Thaheer, 2005).
Terjadinya peristiwa
keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa kematian banyak
bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan khususnya
jasa boga, rumah makan dan makanan jajanan yang pengelolaannya tidak memenuhi
syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan. Sehingga upaya pengawasan terhadap
sanitasi makanan amat penting untuk menjaga kesehatan konsumen atau masyarakat.
Makanan jajanan bagian dari upaya penyediaan pangan dewasa ini telah berkembang
dengan pesatnya sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan makanan murah, mudah
diperoleh dan digemari oleh sebagian besar golongan masyarakat. Dilain pihak
makanan jajanan ini masih mengandung risiko yang cukup potensial menyebabkan
terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan, akibat penyelenggaraan yang kurang
memperhatikan sanitasi makanan. Hal ini dengan masih seringnya terjadi kasus-kasus
keracunan makanan diberbagai tempat
(Hariyadi, 2009).
Peluang terjadinya
kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap tahap pengolahan makanan.
Berdasarkan hal ini, higiene sanitasi makanan yang merupakan konsep dasar
pengelolaan makanan sudah seharusnya dilaksanakan. Enam prinsip higiene
sanitasi tersebut adalah (1) Pemilihan bahan makanan. Bahan makanan yang
dipilih harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti batas kadaluarsa,
terdaftar pada Depkes, dan bahan tersebut diizinkan pemakaiannya untuk makanan,
(2) Penyimpanan bahan makanan. Penyimpanan bahan makanan bertujuan untuk
mencegah bahan makanan agar tidak cepat rusak, (3) Pengolahan makanan.
Pengolahan makanan meliputi 3 hal, yaitu peralatan, penjamah makanan, dan
tempat pengolahan, (4) Penyimpanan makanan matang. Makanan matang yang disimpan
sebaiknya pada suhu rendah, agar pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak
makanan dapat ditahan, (5) Pengangkutan makanan. Cara pengangkutan makanan yang
diinginkan adalah dengan wadah tertutup, (6) Penyajian makanan. Makanan
disajikan dengan segera, jika makanan dihias maka bahan yang digunakan merupakan
bahan yang dapat dimakan (Depkes, 2011).
Pengelolaan makanan
minuman yang tidak higienis dan saniter dapat mengakibatkan adanya bahan-bahan
di dalam makanan minuman yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
konsumen. Makanan dan minuman dapat menimbulkan penyakit disebabkan 2 hal,
yaitu mengandung komponen beracun (logam berat dan bahan kimia beracun) dan
terkontaminasi mikroorganisme patogen dalam jumlah cukup untuk menimbulkan
penyakit (Salmonella thyposa, Shigella dysentriae, virus
hepatitis, Escherichia coli, dan lainnya). Gangguan kesehatan yang
terjadi berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala mual, perut
mulas, muntah dan diare. Sedangkan negara Indonesia menggunakan bakteri Escherichia
coli sebagai bakteri indikator air yang terkontaminasi. Keberadaan bakteri coliform
dalam air minum merupakan indikasi keberadaan organisme patogen lainnya.
Bakteri ini menyebabkan demam, diare dan kegagalan ginjal (Isnawati, 2012).
Bakteri yang terdapat
pada suatu makanan bermacam-macam.
Umumnya bakteri yang dapat menyebabkan keracunan yaitu Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Listeria monocytogenes, Yersinia
enterocolityca, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Clostridium
botulinum, Bacillus cereus, Vibrio cholerae. Vibrio parahaemolyticus, E.coli enteropatogenik
dan Enterobacter sakazaki. Kondisi sampel makanan pada pengujian jumlah cemaran bakteri dalam suatu sampel
makanan menggunakan metode hitungan cawan harus diperhatikan sehingga hasil
yang didapatkan akurat. perubahan sampel makanan selama proses pengambilan dan
pengangkutan ke laboratorium harus dihindari dengan cara sampel makanan yang
diterima harus segera diuji begitu tiba di laboratorium. Sampel yang
didinginkan dan mudah rusak harus dianalisa paling lambat 36 jam setelah
pengambilan sampel. Sampel beku harus disimpan dalam freezer sampai tiba
waktunya untuk diuji (BPOM RI, 2008).
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20 November 2016 di Laboratorium Mikrobiologi
Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat
dan Bahan Praktikum
a.
Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan analitik, tabung reaksi, gelas
ukur, gelas kimia, erlenmeyer, bunsen, pipet mikro, blue tip, tisu, alumunium
foil, korek api, inkubator,.
b.
Bahan-bahan Praktikum
Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisang goreng, tahu isi,
tigapo, cilok, stik kentang, pop ice,
es kelapa, es teller, es campur, capcin, buffer fosfat, Plate Count Agar (PCA), Potato
Dextrose Agar (PDA), Lactose Broth
(LB), Nutrient Agar (NA), Eosin Methylene Blue Agar (EMBA).
Prosedur Kerja
a.
Uji Total Mikroba
1. Diambil
1 ml atau ditambahkan 1 gram sampel makanan jajanan dan minuman sekitar kampus
kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer steril yang berisi larutan pengencer (9
ml) dan dianggap sebagai pengenceran 10-1
2. Diambil
1 ml dari pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kedua (pengenceran 10-2)
3. Dipipet
0,1 ml dari setiap pengenceran dan ditanam pada media PCA untuk total mikroba
dan PDA untuk total kapang secara duplo
4. Diinkubasi
pada suhu 35˚C selama 24 jam
5. Diamati
dan dihitung jumlah koloni mikroba per ml
b. Uji
Penduga Koliform (MPN Koliform)
1. Disiapkan
7 tabung reaksi steril yang diisi media Lactose
Broth
2. Didalamnya
dimasukkan tabung durham yang dipasang terbalik
3. Dimasukkan
sampel air masing-masing 10 ml sampel (5 tabung reaksi), 1 ml (1 tabung reaksi)
dan 0,1 ml (1 tabung reaksi)
4. Diinkubasi
pada suhu 35˚C selama 24 jam
5. Diamati
kekeruhan dan pembentukan gas kemudian dihitung dengan melihat tabel MPN 7
tabung
c. Uji
Penguat Koliform (MPN Penguat)
1. Adanya
pembentukan gas pada media Lactose Broth
perlu diuji lanjut dengan penguat pada media EMBA
2. Diambil
samperl dari tabung reaksi MPN positif (yang diduga terbentuknya gas) dengan
jarum ose dan diinokulasikan pada cawan berisi EMBA
3. Diinkubasi
pada suhu 35˚C selama 24 jam
4. Diamati
dan dihitung dengan melihat tabung MPN 7 tabung
HASIL
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil
Pengamatan
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Uji Total Mikroba
Kel
|
Sampel
|
Media
|
|||||||||||||
PCA
|
PDA
|
||||||||||||||
10-4
|
10-5
|
10-6
|
∑ (CFU/ml)
|
10-1
|
10-2
|
10-3
|
∑ (CFU/ml)
|
||||||||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
||||
11
|
Pisang
Goreng
|
2
|
3
|
1
|
8
|
3
|
5
|
<2,5x105
|
0
|
0
|
2
|
0
|
1
|
0
|
<2,5x102
|
12
|
Tahu
Isi
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
2,5X108
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
<2,5x102
|
13
|
Tiga
Po
|
17
|
14
|
43
|
55
|
13
|
14
|
4,9x106
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
<2,5x102
|
14
|
Cilok
|
13
|
1
|
1
|
1
|
31
|
2
|
3,1x107
|
1
|
1
|
2
|
1
|
3
|
0
|
<2,5x102
|
15
|
Stik
Kentang
|
28
|
42
|
22
|
20
|
20
|
18
|
3,5x105
|
0
|
2
|
3
|
0
|
0
|
0
|
<2,5x102
|
16
|
Pop
Ice
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
2,04x106
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
<2,5 x 102
|
17
|
Es
Keapa
|
3
|
3
|
2
|
6
|
4
|
3
|
<2,5x105
|
2
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
<2,5x102
|
18
|
Es
Teller
|
115
|
68
|
68
|
40
|
120
|
50
|
9,1x108
|
0
|
3
|
3
|
2
|
32
|
50
|
4,1X104
|
19
|
Es
Campur
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
TBUD
|
>2,5x108
|
4
|
3
|
3
|
6
|
4
|
2
|
<2,5X102
|
20
|
Cap
Cin
|
65
|
9
|
15
|
20
|
87
|
120
|
7,0x108
|
0
|
1
|
2
|
1
|
0
|
0
|
<2,5X102
|
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Uji Penguat Koliform
Kelompok
|
Sampel
|
10 ml
|
1 ml
|
0,1 ml
|
MPN
|
11
|
Pisang
goreng
|
3
|
1
|
0
|
12,0
|
12
|
Tahu isi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
13
|
Tigapo
|
-
|
-
|
-
|
-
|
14
|
Cilok
|
1
|
1
|
1
|
4,4
|
15
|
Stik kentang
|
1
|
0
|
0
|
2,2
|
16
|
Pop ice
|
5
|
0
|
0
|
38,0
|
17
|
Es kelapa
|
4
|
1
|
0
|
21,0
|
18
|
Es teller
|
4
|
1
|
1
|
21,0
|
19
|
Es campur
|
-
|
-
|
-
|
-
|
20
|
Capcin
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Hasil
Perhitungan
a.
Uji Total Mikroba pada
Medium PCA
1.
Pisang Goreng
∑ koloni =
x 104
= < 2,5 x 105
CFU/gr
2.
Tahu isi
∑ koloni =
106
= <
2,5
x 108 CFU/gr
3.
Tigapo
∑ koloni =
x 105
=
x 105
= 4,9 x 106
CFU/gr
4.
Cilok
∑ koloni =
x 106
=
x 106
= 3,1 x 108
CFU/gr
5.
Stik kentang
∑ koloni =
x 104
=
x
104
= 3,55 x 105
CFU/gr
6.
Pop ice
∑ koloni =
x 106
= 2,04 x 108
CFU/ml
7.
Es kelapa
∑ koloni =
x 104
= <2,5 x 105
CFU/ml
8.
Es teller
∑
koloni =
x
104
=
x 104
=
9,15 x 105 CFU/ml
9.
Es campur
∑
koloni =
x
106
=
>2,5 x 108 CFU/ml
10. Capcin
∑
koloni =
x 106
=
x 106
=
1,0 x 108 CFU/ml
b.
Uji Total Mikroba Pada
Medium PDA
1.
Pisang Goreng
∑ koloni =
x
101
= <2,5 x 102
CFU/gr
2.
Tahu isi
∑ koloni =
x
101
= < 2,5 x 102
CFU/gr
3.
Tigapo
∑ koloni =
x 101
=
<2,5 x 102 CFU/gr
4.
Cilok
∑ koloni =
x 101
=
<2,5 x 102 CFU/gr
5.
Stik kentang
∑ koloni =
x 101
=
<2,5 x 102 CFU/gr
6.
Pop ice
∑ koloni =
x 102
= <2,5 x 102
CFU/ml
7.
Es kelapa
∑ koloni =
x 102
=
<2,5 x 102 CFU/ml
8.
Es teller
∑ koloni =
x 103
=
x
103
= 4,1 x 104
CFU/ml
9.
Es campur
∑ koloni =
x 101
=
<2,5 x 102 CFU/ml
10. Capcin
∑ koloni =
x 101
=
<2,5 x 102 CFU/ml
PEMBAHASAN
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual
oleh pedagang kaki lima dijalanan dan ditempat tempat keramaian umum lain yang
langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut.
Istilah makanan jajanan tidak jauh dari istilah junk food, fast food dan
street food karena istilah tersebut
merupakan bagian dari istilah makanan jajanan. Makanan jajanan selain
bermanfaat penganekaragaman makanan dalam rangka peningkatan mutu gizi dan
obesitas. Serta tingkat keamanan makanan jajanan yang kurang terjamin (Aprilia,
2011).
Setiap bahan pangan
selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya berbeda. Pencemaran mikroba
pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung
dengan sumber-sumber pencemar mikroba, seperti tanah, air, debu, saluran
pencernaan dan pernafasan manusia atau hewan. Dalam batas-batas tertentu
kandungan mikroba pada bahan pangan tidak banyak berpengaruh terhadap ketahanan
bahan pangan tersebut. Akan tetapi, apabila kondisi lingkungan memungkinkan
mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat, maka bahan pangan akan rusak
karenanya. Banyak faktor yang
mempengaruhi jumlah serta jenis mikroba yang terdapat dalam makanan,
diantaranya adalah sifat makanan itu sendiri (pH, kelembaban, nilai gizi),
keadaan lingkungan dari mana makanan tersebut diperoleh, serta kondisi
pengolahan dan penyimpanan. Jumlah
mikroba yang terlalu tinggi dapat mengubah karakter organoleptik, mengakibatkan
perubahan nutrisi atau nilai gizi atau bahkan merusak makanan tersebut.
Metode hitungan cawan menggunakan sel jasad renik yang masih hidup yang
ditumbuhkan pada medium agar sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung tanpa menggunakan mikroskop.
Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitive untuk menentukan
jumlah jasad renik, karena beberapa hal yaitu 1. Hanya sel yang masih
hidup yang dihitung, 2. Beberapa jasad renik dapat dhitung sekaligus,
3. Dapat digunakan untuk isolasi
dan identifikasi jasad renik karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari
suatu jasad renik yang mempunyai penampakan spesifik. Beberapa metode cawan,
metode MPN digunakan medium cair didalam tabung reaksi, dimana perhitungan
berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah diinkubasi pada suhu dan waktu
tertentu. Escherichia coli adalah penghuni normal saluran pencernaan manusia dan
hewan berdarah panas. Biasanya tidak patogenik. Koliform sebagai suatu kelompok
dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora,
aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktose dengan menghasilkan
asam dan agas dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C.
Pengujian sanitasi
makanan jajanan sekitar kampus dilakukan untuk mengetahui total mikroba, total
bakteri dan total kapang serta khamir pada makanan jajanan yang di jual
disekitar kampus, seperti stik kentang, es rumput laut, bakso dan cilok. Pada
pengujian ini dilakukan dengan menumbuhkan mikroorganisme pada sampel di dalam
cawan petri yang berisi media Potato
Dextrose Agar (PDA) dan media Plate
Count Agar (PCA). Media Potato
Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan kapang
sedangkan media PCA (Plate Count Agar)
adalah tempat bakteri tumbuh dan berkembangbiak dengan baik.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan uji total jamur dan mikroba
pada media PCA, total mikroba paling tinggi yang dihasilkan oleh sampel tahu
isi, es campur dan cilok dengan rata-rata yaitu sebanyak >2,5 x 108
CFU/gr. Dari hasil tersebut kemungkinan terjadi karena kontaminasi pada proses
penyimpanan dan pengemasan. Selain itu kemungkinan karena sampel ini bersifat
semi basah dan mengandung banyak gula sehingga menjadi media pertumbuhan
mikroba. Sedangkan jumlah mikroba terendah yaitu pada sampel pisang goreng dan
es kelapa yaitu <2,5 x 105 CFU/gr. Jika dilihat dari semua hasil
pengamatan dan perhitungan, semua data yang dihasilkan menunjukkan adanya
pencemaran mikroorganisme terhadap sampel makanan jajanan yang diujikan. Hal
ini membuktikan bahwa pada proses pengolahan makanan jajanan memiliki
kekurangan dalam penerapan sanitasi hygiene
baik pada saat persiapan, pengolahan, penyimpanan, pendistribusian maupun
penyajian makanan jajanan. Kurangnya sanitasi hygiene pada proses
pengolahan makanan dapat menghasilkan produk makanan yang berbahaya jika
dikonsumsi. Hal ini dapat ditanggulangi dengan penerapan sanitasi hygiene yang baik serta sarana prasarana dan biaya yang
memadai.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan uji total jamur dan mikroba
pada media PDA, total perhitungan kapang dihasilkan oleh sampel es teller
memiliki jumlah mikroba tertinggi yaitu sebanyak 4,1 x 104
CFU/ml. Adanya pertumbuhan jamur dan
mikroba pada sampel terjadi karena adanya kontaminasi udara pada saat penyimpanan,
kontaminasi pekerja pada proses pembuatan dan penyajian serta kontaminasi pada
wadah penyimpanan maupun penyajian. Dari hasil
pengamatan dapat dilihat mikroba dan jamur paling banyak tumbuh pada
sampel es cendol. Hal ini terjadi karena adanya kontaminasi pada wadah
pengemasan, penyimpanan dan waktu simpan yang terlalu lama dan pada kondisi
lembab sehingga menjadi media pertumbuhan yang diminati mikroba. Sedangkan
jumlah mikroba dan jamur yang paling sedikit tumbuh pada seluruh sampel kecuali
es teller dengan jumlah mikroba
masing-masing yaitu <2,5 x 102 CFU/g. Hal ini karena pada
beberapa sampel mengalami pemanasan sebelum di kemas, kapang tetap dapat tumbuh
dan mencemari karena setelah proses pemanasan atau penggorengan tidak langsung
dikemas serta saat minuman dibiarkan pada wadah terbuka sebelum dikemas.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengolahan dan penyajian
makanan jajanan adalah bahan baku yang digunakan harus baik dan bersih, tempat
pengolahan bersih, sumber air yang cukup dan bersih. Peralatan pengolahan baik
dan bersih, pekerja sehat dan bersih, tempat penyajian dan penyimpanan
tertutup, dan bersih sehingga dapat meminimalkan kointaminasi dari udara,
kemasan baik dan sesuai ketentuan yang berlaku dan hindari tempat berjualan
yang merupakan sumber kontaminasi. Faktor-faktor yang
menyebabkan kontaminasi bakteri dalam makanan dibagi menjadi 2 yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan penyebab
pertumbuhan mikroba yang dikontrol oleh bakteri itu sendiri. Contoh faktor
intrinsik tersebut adalah pH, potensial oksidasi-reduksi, struktur fisik
makanan, struktur biologis makanan, ketersediaan oksigen untuk bakteri yang
ada, kandungan nutrisi, dan aktivitas air. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang
berkaitan dengan keadaan lingkungan disekitarnya. Contoh faktor ekstrinsik
adlah temperatur, kelembapan udara relatif, kandungan O2 dan CO2
yang ada, serta jenis dan jumlah mikroba yang ada di makanan tersebut.
Menurut Irianto
(2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak ditemukan dipinggir jalan
yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta ukuran sehingga
menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya. Jenis makanan jajanan
menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1998) yang dikutip oleh
Sitorus (2007) dapat digolongkan menjadi (3) tiga golongan, yaitu: Makanan
jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang goreng, kue
bugis dan sebagainya. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama),
seperti pecal, mie bakso, nasi goreng, mie rebus dan sebagaianya. Makanan
jajanan yang berbentuk minuman, seperti ice cream, es campur, jus buah
dan sebagainya.
Standar SNI 01-2897-1992 parameter
mikrobiologis untuk kandungan mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman
yaitu harus tidak lebih dari 105 CFU, apabila suatu makanan
mengandung mikroba lebih dari itu maka makanan tersebut tidak layak untuk
dikonsumsi karena mengalami kebusukan, rusak akibat mikroorganisme (Aprilia,
2011).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang
banyak digunakan oleh pedagang kaki lima ditempat keramaian umum atau dipinggir
pinggir jalan sekiar sekolah dan kampus.
2. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan uji total
jamur dan mikroba pada media PCA, total mikroba paling tinggi yang dihasilkan
oleh sampel tahu isi, es campur dan cilok dengan rata-rata yaitu sebanyak
>2,5 x 108 CFU/gr.
3. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan uji total
jamur dan mikroba pada media PDA, total perhitungan kapang dihasilkan oleh
sampel es teller memiliki jumlah mikroba tertinggi yaitu sebanyak 4,1 x 104
CFU/ml.
4. Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam pengolahan
dan penyajian, makanan jajanan adalah sanitasi hygiene yang baik dalam
pengolahan, penyimpanan dan penyajian serta tempat berjualan yang jauh dari
sumber kontaminasi.
Standar
SNI 01-2897-1992 parameter mikrobiologis untuk kandungan mikroorganisme patogen
pada makanan dan minuman yaitu harus tidak lebih dari 105 CFU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar