Sabtu, 07 Januari 2017

LAPORAN TEKNOLOGI FERMENTASI DUNKIN DOUGHNUT



ACARA V
DUNKIN DOUGHNUT

PENDAHULUAN

Latar belakang
Salah satu produk pangan yang banyak diminati oleh masyarakat adalah kue doughnut dengan bahan dasar tepung terigu. Doughnut  adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan), dan proses penggorengan. Doughnut  memiliki bentuk yang sangat khas dengan lubang di tengah layaknya seperti cincin. Untuk memperoleh hasil olahan doughnut yang baik, maka dibutuhkan bahan pendukung yang lazim disebut sebagai bahan tambahan makanan seperti shortening yang ditambahkan pada minyak goreng untuk proses menggoreng agar doughnut lebih cepat membentuk lapisan luar dan penyerapan minyak dapat diminimalisir (Lisdiana, 2008).
Selain itu, pembuatan doughnut merupakan bentuk lain dari pemanfaatan proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroorganisme (Saccharomyces cereviceae). Dalam proses fermentas, Saccharomyces cereviceae merubah karbohidrat menjadi karbondioksida dan alkohol. Saccharomyces cereviceae juga dapat memfermentasikan maltosa secara cepat. Saccharomyces cereviceae menghasilkan enzim yang dapat merombak gula menjadi alkohol dan gas CO2. Adanya gas ini yang terbentuk selama propses fermentasi mengakibatkan adonan mengembang. Hal ini bias terjadi karena tepung yang diadoni sifatnya elastis sehingga dapat mengurung gas CO2 yang terbentuk selama proses fermentasi.
Pembuatan doughnut dalam prosesnya yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan antara kemampuan menghailkan gas dan kemampuan untuk menahan gas selama fermentasi. Parameter yang digunakan untuk penentuan kualitas doughnut adalah volume pengembangan, warna kulit, dan flavor yang dihasilkan. Penurunan kualitas doughnut dapat disebabkan karena beberapa faktor yang dapat mengakibatkan perubahan respon sensoris sehingga tingkat penerimaan konsumen terhadap produk tersebut menurun. Oleh karena itu, perlunya praktikum ini untuk mengetahui beberapa perlakuan terhadap sifat organoleptik yang terbentuk pada doughnut.

Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh konsentrasi ragi terhadap daya kembang dan mutu organoleptik doughnut.



































TINJAUAN PUSTAKA

Doughnut adalah jenis roti yang digoreng dan memiliki bentuk yang khas seperti cincin atau bola jika diisi sesuatu. Keempukan doughnut ditentukan oleh pori-pori yang dihasilkan,semakin banyak pori-pori yang didapat maka doughnut semakin empuk dan semakin berkurang pori-pori yang didapat doughnut akan semakin keras. Pori-pori yang terbentuk dari gas CO2 yang dihasilkan oleh ragi saat fermentasi. Sifat gluten dalam tepung terigu yang elastis mampu menahan gas saat proses fermentasi sehingga gas CO2 yang dihasilkan tidak sesuai dan adonan akan mengembang (Anggraini, 2015).
Doughnut didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan digoreng. Tepung terigu merupakan bahan dasar dari pembuatan doughnut. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu dan menambah serat kandungan dan serat serta penganekaragaman pangan perlu penggantian sebagian tepung terigu dengan bahan lainnya, misalnya labu kuning. Pemasalahan yang timbul dalam pembuatan doughnut dari bahan baku tepung campuran (tepung terigu dan labu kuning kukus) adalah tekstur roti yang keras dan kurang mengembang sehingga perlu penambahan gliserol monostearat yang berfungsi untuk menguatkan kerja gluten dan pati dalam menangkap gas CO2 (Lestari, 2011).
Pembuatan doughnut, membutuhkan ragi atau yeast agar adonan bisa mengembang. Ragi atau yeast biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah air lalu diaduk-aduk merata, setelah itu selanjutnya adonan dibiarkan beberapa waktu. Ragi atau yeast sendiri sebetulnya mikroorganisme, suatu mahluk hidup berukuran kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces cerevisiae yang digunakan dalam pembuatan doughnut ini. Pada kondisi air yang cukup dan adanya makanan bagi ragi atau yeast, khususnya gula, maka yeast akan tumbuh dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida dan senyawa beraroma. Gas karbondioksida yang terbentuk kemudian ditahan oleh adonan sehingga adonan menjadi mengembang (Sumanti, 2010).
Fungsi utama ragi adalah mengembangkan adonan. Pengembangan adonan terjadi karena ragi menghasilkan gas karbondioksida selama fermentasi. Gas ini kemudian yang terperangkap. Dalam jaringan gluten yang menyebabkan roti bisa mengembang. Ragi adalah mikroorganisme hidup yang berkembangbiak dengan memanfaatkan gula. Komponen lain yang terbentuk selama fermentasi adalah asam dan alkohol yang berkontribusi terhadap rasa dan aroma roti. Penggunaan ragi dengan jumlah yang tinggi akan menyebabkan pembentukan gas yang cepat sehingga pengembangan volume adonan terjadi dengan cepat (Fairutz, 2011).
Air berfungsi sebagai media glutein dengan karbohidrat, larutan garam dan membentuk sifat kenyal glutein. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH 6-9. Makin tinggi pH air maka roti yang dihasilkan baik karena absorbsi air meningkat dengan meningkatnya pH. Selain pH, air yang digunakan harus air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, diantaranya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air yang digunakan dalam industri makanan pada umumnya harus memenuhi persyaratan tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai rasa dan tidak menggangu kesehatan. Apabila air yang digunakan tidak memenuhi persyaratan dalam pembentukan pati atau tepung maka dapat meningkatkan kadar abunya sehingga mutu pati menurun (Sumarman, 2007).



















PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 November 2016 di Laboratorium Mikrobiologi pangan dan Laboratorium Pengolahan Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini ialah baskom plastik, garisan plastik, timbangan, sendok, gelas, penggorengan, penjepit, piring, aluminium foil, nampan atau loyang, plastik wrap, sarung tangan plastik, dan kompor.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah tepung terigu, kentang, air, telur, mentega, susu bubuk, gula halus, garam, minyak goreng dan ragi.

Prosedur Kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan praktikum
2.      Ditimbang tepung terigu sebanyak 100 gram.
3.      Diayak dan dicampur dengan susu bubuk, gula halus,mentega, garam, kuning telur.
4.      Disiapkan kentang, kemudian dikukus dan dihancurkan, ditimbang 100 gram.
5.      Diuleni campuran tepung terigu dengan kentang kemudian ditambahkan ragi roti dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, 5%.
6.      Diperam pada suhu kamar selama 15 menit dan diuleni kembali.
7.      Dibentuk kemudian diukur tinggi dan diameter doughnut.
8.      Dibiarkan mengembang selama 15 menit kemudian diukur tinggi dan diameter doughnut.
9.      Digoreng sampai matang kemudian diukur tinggi dan diameter doughnut.
10.   Diamati sifat dan mutu organoleptik dengan parameter warna dan tekstur dari doughnut yang terbentuk.











































HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Uji Organoleptik Doughnut
No
Nama Panelis
Parameter
Warna
Tekstur
1%
2%
3%
4%
5%
1%
2%
3%
4%
5%
1
Nurul Yeni Safitri
2
1
2
3
1
4
3
5
2
2
2
Risa Intan Safitri
2
1
2
3
2
4
2
5
3
3
3
Putrid Jannatin
3
1
3
3
2
4
2
5
3
2
4
Risky Ameliya
3
1
2
3
2
4
3
5
4
1
5
Silfina Firdaus
2
1
2
2
2
4
1
5
4
2
6
Siti Nur Kholida
2
1
3
3
1
4
1
4
2
1
7
Musawwir
4
4
4
3
4
4
3
2
4
4
8
Susy Sentia Saputri
4
4
4
4
5
4
1
5
5
2
9
Sri Wardiyati
2
4
2
3
4
2
2
1
3
4
10
Sri Pratiwi
2
1
3
4
5
4
1
5
5
2
11
Padu Nawazul
4
4
4
3
4
4
3
4
2
4
12
Rangga Mahendra
4
3
4
4
4
2
2
4
3
4
13
Yunita Rusmayanti
3
4
4
3
4
4
2
3
2
4
14
Yuli Nurmayanti
4
2
2
3
4
4
2
3
4
4
15
Wita Risma
4
3
4
2
3
3
1
2
5
4
16
Tutik Rahmawati
3
4
4
3
4
2
1
4
2
4
17
Mirriyadil Jinnan
2
1
3
4
3
3
1
4
4
3
18
Roni Kurnia
2
1
4
4
3
3
1
4
4
3
19
Tila Dwi
2
1
3
3
2
4
1
4
4
3
20
Tita Meiliza Putri
2
2
4
3
2
4
2
3
2
2

Keterangan:
Tekstur

Warna

1 :
Sangat Tidak lembut
1 :
Sangat cokelat
2 :
Tidak Lembut
2 :
Cokelat
3 :
Agak lembut
3 :
Agak kuning
 4 :
Lembut
4 :
Kuning
     5 :
Sangat lembut
5 :
Sangat kuning




Tabel 5.2 Hasil perhitungan ANOVA untuk parameter warna Doughnat

Db
JKT
KTG
F hitung
F tabel
Bloks
19
53,31
2,806
4,523
0,0000***
Pengaruh utama





Perlakuan
4
12,86
3,215
5,183
0,0000***
Galat
76
47,14
0,620


Total
99
113,31



Model
23
66,17
2,877


Kesimpulan :
·      Perlakuan (Sampel) : Fhitung > Ftabel, artinya terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan (sampel) terhadap warna doughnut.
·      Bloks (Panelis) : Fhitung > Ftabel, artinya terdapat pengaruh yang nyata dari blok (panelis) terhadap warna doughnut.

Tabel 5.3 Hasil Pengamtan Uji Lanjut BNT untuk parameter warna Douhgnat
Rank
Perlakuan
Rerata
Signifikansi
1
3%
3,15
20 a
2
4%
3,15
20 a
3
5%
3,05
20 a
4
1%
2,8
20 a
5
2%
2,2
20     b
 Kesimpulan :
·      Konsentrasi ragi 3% memilki rerata tertinggi yaitu 3,15 yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ragi 4%, 5%, dan 1% menghasilkan warna doughnut yang agak kuning
·      Konsentrasi ragi 2% memiliki rerata terendah yaitu 2,2 berbeda nyata dengan konsentrasi ragi 3%, 4%, 5% dan 1% dan mengahasilkan warna doughnut yang sangat cokelat.

Table 5.4 Hasil perhitungan ANOVA untuk parameter tekstur Doughnat

Db
JKT
KTG
F hitung
F tabel
Bloks
19
11,39
0,599
0,559
0,9226
Main effect





Perlakuan
4
53,44
13,36
12,479
0,0000***
Galat
76
81,36
1,070


Total
99
146,19



Model
23
64,83
2,819
2,632

Kesimpulan :
·      Perlakuan (Sampel) : Fhitung > Ftabel, artinya terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan (sampel) terhadap tekstur doughnut
·      Bloks (Panelis) : Fhitung < Ftabel, artinya tidak  terdapat pengaruh yang nyata dari blok (panelis) terhadap tekstur doughnut.

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Uji Lanjut BNT untuk Parameter Tekstur Doughnut
Rank
Perlakuan
Rerata
Signifikansi
1
3%
3,85
             20 a
2
1%
3,55
             20 a b
3
4%
3,35
             20 a b
4
5%
2,95
             20    b
5
2%
1,75
             20      c
Kesimpulan :
·      Konsentrasi ragi 3% memilki rerata tertinggi yaitu 3,85 dan menghasilkan tekstur donat yang lembut
·      Konsentrasi ragi 1% dan 4 % memilki rerata yang tidak berbeda nyata yaitu 3,55 dan 3,35 dan menghasilkan tekstur doughnut yang agak lembut
·      Konsentrasi ragi 5% memiliki rerata 2,95 yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ragi 1% dan 4% dan menghasilkan tekstur doughnut yang agak lembut
·      Konsentrasi ragi 2% memiliki rerata 1,75 yang berbeda nyata dengan seluruh konsentrasi ragi yang diperlakukan dan menghasilkan tekstur doughnut yang tidak lembut.















PEMBAHASAN

Doughnut adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan), dan proses penggorengan. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan doughnut adalah tepung terigu, air, ragi, dan garam. Tepung terigu mengandung dua macam protein yang memegang peranan penting dalam pembuatan doughnut, yaitu protein gluten berfungsi menentukan struktur produk doughnut dan memberikan kekuatan pada adonan untuk menahan gas dari aktivitas ragi, dan glutenin memberikan elastisitas dan kekuatan untuk perenggangan terhadap gluten. Kandungan gizi tepung terigu yang baik akan mempunyai komposisi kadar air 13%, kadar  protein 12-13%, kadar hidrat arang 72-73%, kadar lemak 15%, pada saat bercampur dengan air yang berfungsi sebagai kerangka doughnut, membuat adonan tidak mudah pecah pada waktu dibentuk dan menahan gas CO2 hasil fermentasi.
Pembuatan doughnut merupakan salah satu proses pengolahan dengan memanfaatkan mikroba yaitu jenis khamir Saccharomyces cereviceae yang sering dikenal ragi roti. Saccharomyces cereviceae digunakan sebagai bahan pengembang pada pembuatan doughnut atau jenis rerotian lainnya karena dapat menghasilkan enzim yang dapat merombak gula menjadi alkohol dan gas CO2. Adanya gas CO2 yang terbentuk selama proses fermentasi mengakibatkan adonan doughnut mengembang, hal ini juga bisa terjadi karena tepung yang diadoni sifatnya elastis sehingga dapat mengurung gas CO2 yang terbentuk selama proses fermentasi. Kualitas doughnut secara umum disebabkan karena variasi dalam penggunaan bahan baku dan proses pembuatannya. Jika bahan baku yang digunakan mempunyai kualitas yang baik dan proses pembuatannya benar maka doughnut yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik pula. Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan doughnut memiliki sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast), memperbaiki sifat osmotolerance (sweet dough yeast), rapid fermentation kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki kemampuan memetabolisme substrat. Pemakaian ragi dalam adonan sangat berguna untuk mengembangkan adonan karena terjadi proses peragian terhadap gula, memberi aroma (alkohol).
Saat pengembangan adonan, udara (oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada saat pencampuran dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Akibatnya akan terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas COyang dihasilkan selama proses fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film gluten yang impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan. Selama proses fermentasi akan terbentuk COdan ethyl alkohol. Gula-gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa digunakan sebagai substrat penghasil CO2. Gas COyang terbentuk menyebabkan adonan roti mengembang dan alkohol berkontribusi dalam membentuk aroma roti. Proses fermentasi oleh ragi juga berhubungan dengan aktivitas enzim yang terdapat pada ragi. Invertase mengubah sukrosa menjadi invert sugar (glukosa dan fruktosa) yang difermentasi secara langsung oleh ragi. Sukrosa dalam adonan akan diubah menjadi glukosa pada tahap akhir. Reaksi yang terjadi adalah: Sukrosa + air gula invert  →    C12H22O11 + H2O invertase 2C6H12O6.
Berdasakan hasil pengamatan bahwa pada parameter warna dan tekstur menunjukkan hasil ANOVA F tabel > F hitung yang artinya tedapat pengaruh yang nyata dari perlakuan sampel terhadap warna dan tekstur. Doughnut terbaik dan doughnut yang paling banyak disukai yaitu doughnut yang diberi perlakuan 3% konsentrasi ragi yang memiliki warna agak kuning dan tekstur yang lembut. Karena fungsi ragi (yeast) dalam pembuatan roti adalah untuk proses aerasi adonan dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida, sehingga mematangkan dan mengempukan gluten dalam adonan. Kondisidari gluten ini akan memungkinkan untuk mengembangkan gas secara merata dan menahannya, membentuk cita rasa akibat terjadinya proses fermentasi. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan roti dapat digolongkan bahan utama dan bahan pembantu. Bahan tambahan atau pembantu dalam pembuatan doughnut yaitu diantaranya air yang berfungsi utama untuk hidrasi atau pembasahan, bekerja bersama protein untuk membentuk gluten, bersama strach untuk membentuk gelatinisasi, air juga untuk melarutkan tepung. air juga berfungsi menjaga suhu adonan. Kurang atau kelebihan air akan berpengaruh terhadap keras atau lunak nya sebuah roti. Kebanyakan air akan memperlambat fermentasi namun sebaliknya bila kekurangan air maka adonan akan menjadi lengket dan mempercepat fermentasi.
Yeast atau ragi berfungsi sebagai pengembang, sangat penting untuk fermentasi dan menghasilkan alkohol, panas dan citarasa. Margarin atau mentega berfungsi sebagai pelumas adonan, pengunaan lemak secara normal akan meningkatkan volume roti, juga berfungsi sebagai peningkatan ketipisan kulit roti dan keempukan roti yang akan membuat pori-pori roti menjadi halus. Fungsi garam dalam pembuatan roti adalah penambah rasa gurih, pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, pengontrol waktu fermentasi dari adonan beragi, penambahan kekuatan glutein. Syarat garam yang baik dalam pembuatan roti adalah harus seratus persen larut dalam air, jernih, bebas dari gumpalan-gumpalan dan bebas dari rasa pahit. Gula berfungsi sebagai makanan bagi ragi, pemberi rasa manis pada produk akhir, pelembut gluten yang menyebabkan produk roti menjadi empuk, pemberi warna kulit roti menjadi lebih coklat. Susu berfungsi dalam pembuatan donat yaitu  penambah gizi, memperkuat gluten sehingga lebih stabil, menambah daya serap air (jika menggunakan susu bubuk), menambah toleransi pada proses fermentasi, membuat roti tetap empuk dalam waktu yang lebih lama.
            Ada beberapa perlakuan yang sangat menentukan kualitas dari doughnut, yaitu penambahan ragi, lamanya adonan diperam, penambahan shortening dan adanya gluten pada tepung. Dengan penambahan ragi pada pembuatan doughnut akan membantu pengembangan adonan. Dengan dilakukan proses pemeraman pada adonan akan memberikan daya kembang pada adonan, semakin lama adonan diperam akan menambah daya kembang pada adonan. Dalam pemeraman ditutup dengan plastik supaya CO2 yang dihasilkan khamir tidak keluar terbawa udara. Disamping itu, penambahan bahan baku tepung terigu dan kentang harus seimbang untuk menunjang sumber nutrisi bagi pertumbuhan Saccharomyces cereviseae. Kentang yang digunakan dalam campuran pembuatan doughnut sangat berpengaruh terhadap tekstur roti. Karena kentang mengandung air yang cukup banyak, maka penggunaan tepung terigu harus lebih banyak untuk mengurangi kelebihan air tersebut sehingga teksturnya tidak terlalu lunak. Kentang juga berfungsi dalam menciptakan rasa yang khas.
Dilihat dari segi pengembangan doughnut, setelah dibiarkan selama 15 menit doughnut menjadi lebih mengembang, kemudian setelah dilakukan pengorengan dihasilkan diameter doughnut pun bertambah  hal ini dipengaruhi oleh pemberian ragi Fermipan akibat terbentuknya gas karbondioksida (CO2) oleh khamir Saccharomyces cereviseae pada adonan dan suhu yang digunakan dalam menggoreng adonan. Suhu optimum pertumbuhan Saccharomyces cereviseae yaitu pada suhu 20-320C, sedangkan pada suhu dibawah 200C pertumbuhannya lambat. Proses yang paling penting dan mendasar dalam pembuatan roti adalah proses biologis yang disebut dengan proses fermentai yang dilakukan oleh ragi roti. Khamir sendiri tidak dapat mengawali pembentukan gas dalam adonan, namun dalam tahapan selanjutnya khamir merupakan satu komponen utama berfungsi mengembangkan, mematangkan, memproduksi senyawa-senyawa gas dan aroma adonan melalui fermentasi yang dilakukan. Lama pemeraman juga berpengaruh terhadap pengembangan doughnut. Pemeraman pada pembuatan doughnut atau roti untuk mendapat pengembangan yang baik yaitu 1-3 jam. Penggorengan doughnut, juga mempengaruhi pengembangan doughnut. Semakin tinggi suhu penggorengan maka semakin kecil volume pengembangan adonan. Oleh karena itu suhu dalam menggoreng adonan harus diatur agar tidak terlalu tinggi dan terlalu rendah. Jika suhu penggorengan rendah maka adonan akan lama mengembang, sedangkan jika suhu yang digunakan terlalu tinggi maka warna adonan akan cokelat.












KESIMPULAN

            Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.   Doughnut adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan), dan proses penggorengan.
2.   Pembuatan doughnut merupakan salah satu proses pengolahan dengan memanfaatkan mikroba yaitu jenis khamir Saccharomyces cereviceae yang sering dikenal ragi roti
3.   Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan donat yaitu tepung terigu dan beberapa bahan tambahan seperti gula, garam, susu, kuning telur dan mentega
4.   Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa doughnut yang paling disukai dari parameter warna dan teksturnya adalah doughnut dengan konsentrasi ragi 3%.
5.   Faktor yang mempengaruhi pengembangan adonan doughnut yaitu, konsentrasi ragi, suhu khamir, lama pemeraman, suhu dan lama penggorengan.













DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, E. P. 2015. Pengaruh Substitusi Bekatul (Rice Bran) Terhadap Sifat Organoleptik Donat. E-Journal Boga Vol. 4 (8).

Fairutz, D. Fermentasi dan Penerapan. Yogyakarta : Yrama Widya

Lestari, R.A. 2011. Efektifitas Gliserol Monostearat Terhadap Mutu Donat Labu Kuning. [Skripsi]

Lisdiana. 2008. Memilih dan Memanfaatkan Bahan Tambahan Makanan. Ungaran : Trubus Agiwidya.

Sumanti. 2010. Teknologi Fermentasi. Bandung : Arcan

Sumarman. 2007. Pangan Fermentasi Tradisional Indinesia. Bogor : Akademika Presindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar