ACARA I
UJI
SANITASI PEKERJA PENGOLAHAN PANGAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sanitasi
merupakan upaya menghilangkan kontaminasi baik fisik, kimia maupun biologis
dalam pengolahan. Sanitasi meliputi banyak aspek mulai dari sanitasi pekerja,
alat pengolahan, ruangan pengolahan, bahan baku dan air untuk pengolahan.
Sanitasi tidak akan mampu menghilangkan kontaminan secara menyeluruh namun
hanya mampu meminimalisir keberadaanya karena faktor luar penyebab kontaminan
terdapat diberbagai tempat.
Kontaminasi
yang berasal dari pekerja dapat melalui tangan, kaki, rambut, mulut, kulit maupun
pakaian kotor yang dipakai pekerja selama proses pengolahan bahan pangan.
Manusia yang sehat merupakan smber potensial untuk mikroba seperti salmonella,
staphylococcus aureus dan stafilokoki. Sanitasi dalam pengolahan pangan juga
ditentukan oleh tingkat kebersihan dan kesehatan pekerja yang melakukan
pengolahan. Menurut Saksono (1986) dalam Widyastuti (2016), mikroba yang sering
ditemukan pada pekerja (manusia) adalah Escherichia
coli, Aerobacter, Aerogenes, Streptococci, Enterococci, Salmonella dan kadang-kadang
Staphylococcus.
Konsumen
berhak memperoleh makanan yang bersih dan sehat. Zaman yang semakin modern
membuat kesadaran konsumen terhadap pangan yang sehat, bersih dan kaya gizi
semakin tinggi. Sehingga perusahaan atau industri makanan dituntut untuk
menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Kebersihan dan higienitas
harus menjadi prioritas suatu produsen makanan. Oleh karena itu, praktikum
sanitasi pekerja pengolahan ini sangat penting dilakukan untuk memberikan
pengetahuan bagaimana sanitasi pekerja yang baik.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan
praktikum ini adalah untuk mempelajari cara uji sanitasi pekerja pengolahan
pangan yang baik.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sanitasi
pangan adalah semua tindakan yang dilakukan untuk mencegah tercemarnya makanan
selama penanganan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sanitasi pangan
bertujuan melindungi kesehatan masyarakat melalui pengurangan ataupun
penghilangan cemaran dalam bahan makanan. Bagi industri, sanitasi juga dapat
mengurangi kerugian ekonomi yang disebabkan oleh kebusukan atau komplain
konsumen karena adanya bahan-bahan yang tidak seharusnya ada dalam makanan. Program sanitasi pada
pengolahan makanan dijabarkan kedalam suatu prosedur-proseedur standar yang
dikenal sebagai SSOP (standard sanitation
operation procedure) (Hariyadi, 2009).
Makanan
dibutuhkan manusia untuk melangsungkan hidup dan melakukan berbagai aktivitas.
Makanan tidak hanya dituntut cukup dari
segi jumlah dan zat gizi, tetapi juga harus aman dikonsumsi. Apabila aspek
keamanan tidak diperhatikan, maka makanan dpat menjadi sumber penyakit atau
kematian bagi manusia. Keamanan pangan di Indonesia menempati posisi yang
penting bagi kesehatan dan pembangunan. Salah satu faktor penting yang
mendukung terciptanya keamanan pangan adalah kondisi sanitasi dan hygiene
pengolahan pangan. Praktek sanitasi hygiene
pengolahan pangan yang kurang baik dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan
konsumen., seperti keracunan makanan maupun penyakit yang ditularkan melalui
makanan (Hatta, 2014).
Menurut
Widyawati (2002) dalam Anonim (2014), hygiene
adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi
kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagian
makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes
RI, 2004). Hygiene dan sanitasi tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci
tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersediaair
bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna. Sanitasi adalah upaya pencegahan
penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia (Anonim, 2014).
Sanitasi dan hygiene pekerja perlu diperhatikan karena pekerja merupakan sumber
potensial dalam perpindahan cemaran. Program sanitasi dan hygiene pekerja adalah hal yang mutlak. Sanitasi pekerja meliputi
kesehatan pekerja, kebersihan tubuh pekerja sampai kebersihan semua
perlengkapan yang digunakan oleh pekerja pengolahan pangan. Cemaran pada
makanan dapat menyebabkan keracunan. Sanitasi udara dan suhu penyimpanan sagat
diiperhatikan untuk tetap mempertahankan kualitas mikrobiologis makanan. Proses
pengolahan makanan terutama suhu pengolahan juga sangat mempengaruhi kualitas
makanan (Gobel, 2008).
Mikroba
perusak pangan dan pathogen yang banyak ditemukan pada produk pangan adalah
jenis bakteri pembenttuk spora Bacillus
cereus, bakteri gram positif Staphylococcus
aureus, bakteri gram negatif yaitu Salmonella
dan Escherichia coli yang ada pada
sampel makanan serta keberadaan Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, Salmonella dan Enterobacter aerogenes pada tangan pekerja. Staphylococcus aureus merupakan mikroba flora normal yang terdapat
pada permukaan tubuh, seperti pada permukaan kulit, rambut, hidung, mulut dan
tenggorokan. Escherichia coli
merupakan flora normal yang terdapat pada saluran pencernaan hewan dan manusia
(Nurjanah, 2006).
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Kamis, 06 Oktober 2016 di Laboratorium Mikrobiologi
Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a.
Alat-alat Praktikum
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, lampu Bunsen,
pinset, gunting, baskom, label, tisu, dan inkubator.
b.
Bahan-bahan Praktikum
Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol, air, medium Plate Count Agar (PCA), Potato Dextrose Agar (PDA), Nutrient Agar (NA), Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), rambut, sabun LUX,
sabun LIFEBUOY, handsanitizer
DETTOL, handsanitizer
ANTIS,
sabun SLEEK.
Prosedur Kerja
A. Uji
kebersihan tangan
1.
Disiapkan media cawan
petri yang masing-masing 1 buah untuk setiap media Plate Count Agar (PCA) dan Eosin
Methylen Blue Agar (EMBA).
2.
Ditempelkan tiga jari
tangan kanan dan kiri pada agar cawan selama 4 detik dan ditutup kembali.
3.
Diinkubasi secara
terbalik pada suhu 37ÂșC
selama 48 jam
4.
Diamati pertumbuhan
mikroba pada Plate Count Agar (PCA)
dan Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) untuk koliform yang berwarna hijau metalik
(koliform fekal) atau berwarna merah muda dengan titik hitam ditengahnya
(koliform non fekal)
5.
Dilakukan dengan 4 cara
yaitu dengan tangan tanpa dicuci, tangan dicuci dengan air dalam ember dan
tangan dicuci dengan air mengalir.
B. Uji
daya antiseptik
sabun
1.
Dicuci tangan
menggunakan sabun merk LUX, LIFEBUOY, handsanitizer
DETTOL, handsanitizer ANTIS dan sabun SLEEK.
2.
Ditempelkan tiga jari
tangan kiri dan kanan pada cawan agar selama 4 detik dan ditutup kembali.
3.
Diinkubasi secara terbalik
pada suhu 37ÂșC selama 48
jam.
4.
Diamati pertumbuhan
mikroba.
C. Uji
kontaminasi dari rambut
1.
Disiapkan media Nutrient
Agar (NA) dan Plate Count
Agar (PDA) masing-masing satu
buah
2.
Digunting 4 helai
rambut praktikan dengan panjang 2 cm menggunakan gunting dan pinset steril.
3.
Diletakkan setiap 2
helai rambut pada masing-masing media.
4.
Diinkubasi pada suhu
37ÂșC selama 2 hari untuk Nutrient Agar (NA) dan 37ÂșC selama 4 hari untuk Plate
Count Agar (PDA)
5.
Diamati pertumbuhan
bakteri pada Nutrient Agar
(NA) untuk
kapang dan Plate Count Agar (PDA)
untuk khamir.
HASIL
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Uji Kebersihan Tangan
Perlakuan
|
Koloni (CFU/g)
|
|||||
PCA
|
∑ (CFU)
|
EMBA
|
∑ (CFU)
|
|||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
|||
Tidak cuci tangan
|
16
|
14
|
15
|
0
|
1
|
0,5
|
Dicuci dengan air dalam ember
|
25
|
16
|
20,5
|
1
|
5
|
3
|
Dicuci dengan air mengalir
|
7
|
12
|
9,5
|
3
|
1
|
2
|
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Daya Antiseptik Sabun
Kelompok
|
Perlakuan
|
Koloni (CFU/gr)
|
|||||
PCA
|
∑ (CFU)
|
EMBA
|
∑ (CFU)
|
||||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
||||
16
|
LIFEBUOY
|
12
|
11
|
11,5
|
2
|
0
|
1
|
17
|
LUX
|
56
|
20
|
38
|
2
|
1
|
1,5
|
18
|
DETTOL
|
3
|
3
|
3
|
1
|
0
|
0,5
|
19
|
ANTIS
|
6
|
8
|
7
|
2
|
0
|
1
|
20
|
SLEEK
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0,5
|
Table 1.2
Hasil Pengamatan Uji Kontaminasi Rambut
Kelompok
|
Koloni (CFU/gr)
|
|||||
PDA
|
∑(CFU)
|
EMBA
|
∑(CFU)
|
|||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
|||
16
|
11
|
6
|
8,5
|
11
|
7
|
9
|
17
|
1
|
3
|
2
|
3
|
1
|
2
|
18
|
3
|
3
|
3
|
7
|
3
|
5
|
19
|
1
|
2
|
1,5
|
2
|
3
|
2,5
|
20
|
6
|
1
|
3,5
|
3
|
3
|
3
|
Hasil
Perhitungan
1.
Uji Kebersihan Tangan
a.
Media Plate Count Agar (PCA)
·
Tidak Cuci Tangan
∑ Koloni =
=
= 15
CFU
·
Cuci Tangan dengan Air dalam
Ember
∑ Koloni =
=
= 20,5
CFU
·
Cuci Tangan dengan Air
Mengalir
∑ Koloni =
=
= 9,5
CFU
b.
Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
·
Tidak Cuci Tangan
∑ Koloni =
=
= 2
CFU
·
Cuci Tangan dengan Air
dalam Ember
∑ Koloni =
=
= 3 CFU
·
Cuci Tangan dengan Air
Mengalir
∑ Koloni =
=
= 2
CFU
2.
Uji Daya Antiseptik
Sabun
a.
Media Plate Count Agar (PCA)
·
LIFEBUOY
∑ Koloni =
=
= 11,5
CFU
·
LUX
∑ Koloni =
=
= 38
CFU
·
Handsanitizer DETOL
∑ Koloni =
=
= 3
CFU
·
ANTIS
∑ Koloni =
=
= 7
CFU
·
SLEEK
∑ Koloni =
=
= 1
CFU
b.
Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
·
LIFEBUOY
∑ Koloni =
=
= 1
CFU
·
LUX
∑ Koloni =
=
= 1,5
CFU
·
Handsanitizer DETTOL
∑ Koloni =
=
= 0,5
CFU
·
ANTIS
∑ Koloni =
=
= 1
CFU
·
SLEEK
∑ Koloni =
=
= 0,5
CFU
3.
Uji Kontaminasi Rambut
a.
Media Potato Dextrose Agar (PDA)
·
Kelompok 16
∑ Koloni =
=
= 8,5
CFU
·
Kelompok 17
∑ Koloni =
=
= 2
CFU
·
Kelompok 18
∑ Koloni =
=
= 3
CFU
·
Kelompok 19
∑ Koloni =
=
= 1,5
CFU
·
Kelompok 20
∑ Koloni =
=
= 3,5
CFU
b.
Media Nutrien Agar (NA)
·
Kelompok 16
∑ Koloni =
=
= 9 CFU
·
Kelompok 17
∑ Koloni =
=
= 2
CFU
·
Kelompok 13
∑ Koloni =
=
= 5
CFU
·
Kelompok 19
∑ Koloni =
=
= 2,5
CFU
·
Kelompok 20
∑ Koloni =
=
= 3
CFU
PEMBAHASAN
Sanitasi pangan adalah semua
tindakan yang dilakukan untuk mencegah tercemarnya makanan selama penanganan,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Selain peralatan, sanitasi dan hygiene pekerja juga perlu selalu
diperhatikan. Pekerja selalu aktif bersenruhan menangani bahan pangaan. Oleh
karena berpeluang menjadi sumber cemaran dan penyakit yang dapat ditularkan
melalui makanan. Jadi program sanitasi dan hygiene
pekerja adalah mutlak. tata cara pelaksanaan dan tata tertib pekerja selama
berada dilingkungan pabrik pengolahan pangan dapat diatur. Tata tertib ini
menyangkut tantang apa yang perlu dilakukan dan bagaimana cara melakukan
pekerjaan atau kegiatan guna menghasilkan mutu produk dan kesehatan yang baik
(Hariyadi, 2009).
Pengujian sanitasi pekerja
menggunakan tangan dan rambut dengan tiga bentuk pengujian yaitu uji daya
antiseptik sabun yang terdiri dari sabun merk LIFEBUOY, LUX, handsanitizer DETTOL, handsanitizer ANTIS dan sabun SLEEK.
Yang kedua yaitu uji kebersihan tangan dengan tiga perlakuan yaitu cuci tangan
dengan air dalam ember, air mengalirdan perlakuan tanpa cuci tangan. Yang
ketiga yaitu uji kontaminasi dari rrambut praktikan yang mengikuti praktikum. Ada 4 media yang digunakan yaitu Plate Count Agar (PCA), Potato Dextrose Agar (PDA), Nutrient Agar (NA) dan Eosin Methylen Blue Agar (EMBA).
Media Plate Count Agar (PCA) merupakan jenis media yang umum digunakan
untuk menumbuhkan lebih dari satu jenis mikroba secara umum. Media ini
mengandung komposisi senyawa kompleks meliputi protein, karbohidrat dan gula
untuk kebutuhan pertumbuhan semua jenis mikroa sehingga memungkinkan untuk
ditumbuhi bakteri, kapang dan khamir. Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA) merupakan salah satu jenis media diferensiasi.
Media diferensiasi merupakan media yang digunakan untuk membedakan bentuk dan
karakter jenis koloni mikroba yang tumbuh. Beberapa bakteri dapat tumbuh
didalam media ini, tetapi hanya beberapa jenis yang mempunyai penampilan
pertumbuhan yang khas. Media ini berguna untuk isolasi dan identifikasi
bakteri. Media jenis ini biasanya digunakan untuk mengamati pertumbuhan grup
koliform, yang mana koliform pekalakan berwarna hijau metalik dan koliform non
pekal akan berwarna merah muda dengan titik-titik hitam ditengahnya. Media Nutrient Agar (NA) merupakan jenis media
yang digunakan untuk menumbuhkan lebih dari satu jenis mikroba secara umum
karena kaya akan protein sehingga cenderung ditumbuhi oleh bakteri. Media Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan
media yang mengandung karbohidrat dan gula sehingga cenderung digunakan untuk
menumbuhkan kapang dan khamir.
Berdasarkan hasil pengamatan uji
kebersihan tangan dengan tiga perlakuan pada kedua media yaitu PCA dan EMBA
menunjukkan bahwa jumlah mikroba paling tinggi yaitu perlakuan tidak dicuci
tangan sebesar 11 CFU, cuci tangan dengan air mengalir 8,5 CFU dan cuci tangan
dalam ember 2 CFU. Hal ini disebabkan karena tangan manusia merupakan salah
satu alat gerak aktif yang setiap saat dapat meyentuh apapun dilingkungan
sekitar sehingga dapat menimbulkan kontaminasi yang besar. Pertumbuhan mikoba
pada air mengalir lebih tinggi daripada air dalam ember disebabkan air mengalir
tersebut kemungkinan mengandung banyak mikroba seperti Escherichia coli dan kesalahan praktikan dalam melakukan proses
cuci tangan. Misalnya saja menyentuh keran setelah cuci tangan. Media PCA cenderung
lebih disukai atau ditumbuhi oleh bakteri dibandingkan kapang atau khamir
karena komposisi PCA kaya akan protein yang disukai bakteri. Sedangkan pada
media EMBA jumlah mikroba yang tumbuh sedikit bahkan ada perlakuan yang tidak
ditumbuhi mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena media EMBA adalah media
yang digunakan untuk membedakan bentuk dan karakter koloni jenis mikroba yang
tumbuh.
Hasil pengamatan uji daya antiseptik
sabun dengan merek LIFEBUOY, DETTOL, ANTIS. SLEEK dan LUX berturut-turut adalah
2 CFU, 3 CFU, 7 CFU, 1 CFU dan 38 CFU. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gobel (2008)
bahwa sabun yang berfungsi sebagai desinfektan dapat mengurangi jumlah mikroba
yang menempel. Perbedaan jumlah pertumbuhan mikroba pada masing-masing sabun
disebabkan karena komposisi kimia sabun yang berbeda-beda. Pada sabun LIFEBUOY
mengandung titanium dioxide, tetrasodium
edta, trodocorban, etidronic acid, fragrance dan lain sebagainya. Sabun
LIFEBUOY juga memberikan perlindungan yang tahan lama dari kuman, penyebab bau
badan dan penyakit. Antikuman yang terkandung dalam sabun LIFEBUOY yaitu
sebesar 0,18% THD dan 0,02% triclocarbon.
Handsanitizer DETTOL memiliki
sifat antiseptic dari senyawa kimia aromatik yang dikenal dengan chloroxylena yang dapat bekerja seketika
mematikan serta mengurangi pertumbuhan mikroba pada kulit, mencegah jamur dan
iritasi pada kulit. Sabun merek SLEEK merupakan sabun pembersih botol bayi
dengan tingkat pertumbuhan mikroba paling sedikit. Hal ini disebabkan karena
SLEEK mengandung ethanol yang merupakan desinfektan, glyserin dan sebagainya.
Sedangkan pertumbuhan mikroba paling tinggi terdapat pada sabun LUX. Hal ini
disebabkan karena LUX merupakan produk kecantikan bukan desinfektan yang
ditujukan untuk membunuh mikroba. ANTIS merupakan sabun yang menumbuhkan mikroorganisme
tertinggi kedua setelahh LUX. Hal ini disebabkan karena ANTIS mengandung 70%
alcohol aktif yang dapat membunuh mikroba. Seharusnya handsanitizer DETTOL dan
ANTIS membunuh mikroba lebih baik dari merek sabun lainnya. Hal ini karena
keduanya merupakan desinfektan yang mengandung alkohol. Kesalahan ini timbul mungkin
karena kekeliruan praktikan dalam melakukan proses cuci tangan.
Hasil pengamatan uji kontaminasi
rambut menunjukkan bahwa perlakuan rambut kelompok 16 memiliki nilai
tertimggi yaitu 9 CFU pada media PDA dan
8,5 CFU pada media NA. sedangkan pada kelompok 17, 18, 19, dan 20 nilainya
berturut-turut adalah 2 CFU, 3 CFU, 1,5 CFU dan 3,5 CFU pada media PDA serta 2 CFU,
5 CFU, 2,5 CFU dan 3 CFU pada media NA. hal ini menunjukkan bahwa sanitasi
perorangan atau praktikan dari kelompok 16 sangat kurang yang menjadi objek
sampel. Menurut Desiyanto (2013) bakteri yang sering ditemukan pada kulit dan
rambut adalah Propionibacterium acnes,
Corynebacterium, Staphylococcus epidermis, staphylococcus aureus Dan
staphylococcus phyogene. Dari kelima jenis bakteri yang telah disebutkan,
bakteri jenis Propionibacterium acnes merupakan
bakteri yang sering berkembang biak dipermukaan yang berminyak dari folikel
kulit dan rambut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan,
perhitungan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sanitasi
pangan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah tercemarnya makanan selama
pengolahan, penanganan, penyimpanan dan distribusi.
2. Pekerja
adalah salah satu sumber kontaminasi dalam proses pengolahan pangan yang utama
karena pekerja selalu aktif bersentuhan dengan lingkungan.
3. Pertumbuhan
mikroorganisme pada uji kebersihan tangan ditunjukkan dengan perlakuan tanpa
cuci tangan yaitu 11 CFU pada media PCA karena tidak menggunakan desinfektan
apapun.
4. Pertumbuhan
mikroorganisme terendah pada uji daya antiseptic sabun adalah merek SLEEK yaitu
1 CFU karena SLEEK mengandung etanol dan glyserin.
5. Pertumbuhan
mikroorganisme tertinggi pada uji kontaminasi rambut adalah perlakuan kelompok
16 disebabkan sanitasi yang kurang baik dari praktikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar